Assalamualaikum wr.wb
Hai
SoBlog lama ye aku gak mengunjungimu, hihi,, sorry aku lagi sibuk kemarin,
biasa sibuk sama tugas dan ikutan kuis di twitter. :o
SoBlog mau curhat nich,
Ternyata orang alim
sekarang itu beda banget sama orang alim zaman dulu. Lah kok bisa? Iya bisa
sajalah.
Tau nich aku kecewa
banget, aku sering kagum sama orang yang alim, soalnya aku suka lihat orang
yang pinter ngaji, pengetahuan tentang agama luas, dan blabla …..
Tapi ternyata dari
sekian orang alim yang ku kagumi mereka banyak yang mengecewakanku. Apa yang ku
lihat pada awalnya ternyata berbanding terbalik setelah ku tahu lebih lanjut
tentang mereka. Tapi memang tidak semua yang kayak gitu.
Ya aku tau mereka juga manusia biasa, mereka memang banyak ilmunya, tapi sayang ilmu itu tidak diamalkan dalam kehidupan sehari-harinya, jadi ya gitu dech, di dalam wajahnya yang alim ternyata terselubung sifat dan sikapnya yang gak alim.
Maaf ye, aku bukannya
mau menjelekkan orang yang alim/mondok dsb. Tapi itulah yang sedang ku lihat
sekarang. SEKALI LAGI, AKU BILANG GAK SEMUANYA YA.
Tapi aku yakin, pasti ada orang yang benar-benar alim kok, dan memanfaatkan
serta mengamalkan ilmu yang telah di perolehnya.
Mau
tau gak SoBlog mengapa aku kok bisa bilang kayak gitu?Iya soalnya aku lihat
temanku yang alim dan pernah ku kagumi ternyata dia pacaran sampe pegang-pegang
lagi. Naudzubillah. Dia pastinya sudah tau kan kalau di Islam agama yang
sempurna tidak ada istilah pacaran. Kita malah disuruh menjauhi zina. Seperti firman
Allah dalam surat Al-Isra’ ayat 32 yang berbunyi :
Pacaran itu sudah mendekati zina, kita duduk berduaan atau jalan
berduaan saja tanpa ada muhrim kita yang
mendampingi tidak di perbolehkan. Terus menyentuh yang bukan muhrim kan juga di
larang. Sampai-sampai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda
:Artinya : Andaikan ditusukkan ke kepala salah seorang diantara kalian dengan
jarum besi, yang demikian itu lebih baik daripada dia harus menyentuh wanita
yang tidak dibolehkan baginya . (Diriwayatkan oleh Imam Thabrani dalam Al-Kabir
XX/211 dengan isnad hasan. Hadits ini mempunyai jalan lain yang saya sebutkan
dalam ta’liq saya terhadap buku Al-Mushafahah wa Fadhluha, yang ditulis oleh
Al-Hafidzh Dhiya’uddin Al-Maqdisi) – Diceritakan oleh Ma’qil bin Yasar Radhiyallahu
‘anhu.
Berhenti disini dulu ya SoBlog curhatku, kapan-kapan kita
sambung lagi.
Wassalamualaikum wr.wb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar