Kamis, 11 Juni 2015

My Dad is my Superhero

Assalamualaikum wr.wb.

Hai sobat blogger bagaimana kabar kalian hari ini? lama banget gak nyapa kalian semua. (ah aku sering gini memang, nunggu mood bagus dulu buat nulis blog. Hehe,,)
Kali ini aku mau ceritain tentang ayahku, my Superhero. Aku sebenarnya manggil ayahku dengan sebutan kai, dan manggil ibuku dengan sebutan nyaik. Itu masih ikutan orang jaman dulu, manggil kai dan nyaik ke orang tuanya masing-masing. Aku sempat protes kenapa hanya aku dan kakak yang manggil kai dan nyaik? Kataku. Sedangkan sepupu-sepupuku manggil abi dan umi. Yach sebenarnya bisa dimaklumi, kan ibuku nikahnya duluan ya diantara saudara-saudaranya yang lain, jadi cepet punya anaknya duluan, kebetulan di masa kakakku banyak yang manggil kai dan nyaik jadi kakak di suruh manggil kai dan nyaik juga. Kalau aku disuruh manggil abi dan umi gak enak juga ntar dikira gak saudaraan sama kakakku. Haha…. Aku disini bilangnya ayah dan ibu saja ya takut kalian bingung. Hehe,,
Ayahku anak tertua dari 5 bersaudara. Orangnya keras tapi perhatian banget sama keluarganya. Mulai aku SD sampe aku MAN ayahku yang nganter dan jemput aku (kecuali kalau aku naik sepeda/motor sendiri). Meski kemana-mana pun ayah yang sering nganter aku. Ayahku dulu waktu aku masih SD cuek, gak terlalu nanya-nanya soal pendidikanku, tapi sebaliknya ibuku, beliau yang sering nanya-nanya tentang gimana sekolahku? Dapat nilai berapa? Dll. Tapi semenjak aku SMP ayahku mulai menanyakan tentang sekolah kayak peduli banget sama pendidikanku. Apalagi kalau aku berprestasi beliau bangga sama aku (padahal dulu waktu SD juga berprestasi, tapi kenapa kok gak ditanya-tanyain ya? Mungkin karena masih anak kecil kali ya?) sampe aku kuliah beliau terlihat bangga punya anak kayak aku apalagi aku kuliah di Surabaya dengan beasiswa. Tapi aku? Aku gak terlalu seneng dibanggakan, aku juga merasa banyak banget kekurangannya sering ngelakuin salah juga sama ayah, tapi ayah gak pernah ceritain kekurangan ataupun kejelekanku pada orang lain, dia selalu menceritakan yang baik-baik tentang aku, begitu pun dengan kakak, sama ayah juga diceritakan yang baik-baiknya. Ayah kelihatan selalu bangga punya anak seperti kami, tapi kami? Kebalikannya malahan. Ayahku kan suka rebana/hadrah ikut acara atau pertemuan rebana rutin kayaknya gak pernah absen kecuali hujan deras banget. Pernah juga grup rebana/hadrahnya ikut kompetisi, tapi sama aku dan ibuku dianggap biasa aja soalnya aku dan ibuku gak terlalu suka-suka banget sama hadrah/rebana. Akhirnya grup rebana ayahku menang dapat piala. Tapi tetap aja kami gak bangga merasa biasa. Seharusnya kami bangga banget punya ayah yang bisa memenangkan sebuah kompetisi. :( Tapi aku sekarang bangga banget punya ayah seperti ayahku. Beliau kreatif, bisa diandalkan, pekerja keras dan punya prestasi juga. Pokoknya ayahku superheroku selalu ada buat aku dan keluarga kalau sedang dibutuhkan.
          Ayahku buat lencak (seperti ranjang tapi terbuat dari pohon bamboo), buat tempat ngangkut sampah juga, ah banyak pokoknya barang yang bisa dibuat sama ayah. Ayahku juga pinter memperbaiki listrik atau apapun yang rusak, padahal kalau dari segi pendidikan gak terlalu memadai. Tapi prakteknya  ayahku yang bagus. Kan banyak juga meski sarjana tapi memperbaiki listrik atau apa gitu kadang gak tau.
          Ayah orangnya perhatian juga, apalagi kalau ada anggota keluarganya yang sakit pasti yang perhatian itu ayah yang beliin obat, kadang yang masak-masak maupun yang nyuci itu ayah, yang mapah, semuanya ayah. Kayaknya aku belum pernah nemuin orang seperhatian seperti ayah.
Tapi kini, semuanya tinggal kenangan, pada hari Jum’at tanggal 10 April 2015 (20 Jumadil akhir 1436 H) ayahku dipanggil oleh Allah dalam usia 63 tahun seperti usia Nabi Muhammad Saw waktu wafat. Ternyata Allah lebih menyayangi ayah kami. Kami sekeluarga kaget soalnya ayah sebelumnya tidak pernah punya riwayat penyakit yang bahaya cuma pusing biasa, masuk angin, panas biasa. Sampe sekarang pun kami sekeluarga masih kaget, gak nyangka ayah secepat itu ninggalin kami semua. Awal kejadiannya, ayahku menghadiri acara syukuran lahiran di Bicorong, Pamekasan nabuh Rebana sama anggota grup Rebananya, nah setelah selesai acara katanya ayahku tiba-tiba gak connect diajak pulang sama kakakku kurang merespon terus pegang rokok jatuh, diambil lagi sama kakakku dan dikasihkan ke ayah, tapi selalu jatuh, terus rebana yang dipegang juga jatuh. Ayahku kemudian jadi lemas tubuhnya, sehingga di suruh duduk sama orang yang ada di sekitar situ. Setelah duduk ayah tambah lemas, kaki dan tangan kanannya gak bisa di gerakin tapi tangan dan kaki kirinya bisa digerakin. Langsung pada malam itu juga (malem ahad) ayahku langsung di rujuk ke RSUD Pamekasan. Aku dan ibu nyusul ke RSUD, nyampe RSUD kira-kira jam 10an dan langsung masuk UGD. Setelah di cek tekanan darahnya 140, bisa dibilang masih normal, gak kena tekanan darah tinggi. Ayah waktu di UGD itu masih bisa lihat, lihat ke arahku dan ke ibu serta bibiku, bisa gerak-gerak juga, sesekali pegang kepalanya. Setelah diperiksa ayah kemudian di pindahkan ke ruang Shall B, pada waktu itu banyak yang jenguk ayah, sepupuku dan family lainnya. Tapi yang nginep di RS : ibu, aku, kakak, dan 2 bibiku (saudara ayah). Kami semalaman itu tidak bisa tidur nyenyak, tiap tidur sejam/2 jam kebangun, oiya ayah pake selang oksigen juga sama di infuse. Beliau kadang gerak-gerakin selang oksigen, ntah gak enak atau kurang pas masuknya aku juga gak tau. Beliau tengah malem muntah-muntah (muntah biasa). Kami pun bangun. Ayah juga sempet di kerok sama bibiku. Beliau sering pegangin kepalanya, mungkin pusing. Tapi semenjak masuk shall ayah semakin parah sering mejemin matanya kayak orang tidur, kan pada waktu itu weekend jadi gak ada dokternya cuma perawat, jadi ayahku gak dikasih obat apa-apa. Berhubung semakin parah keesokan harinya, ayah dibawa ke ruang ICU. Kami juga sibuk cari pengobatan alternative. Sebelum di bawa ke ICU, ayahku sempet diobatin sama pamanku (alternative) tangan dan kaki kanannya yg awalnya tidak bisa digerakin akhirnya bisa digerakin dikit-dikit. Tapi itu gak berlangsung lama, setelah selesai diobatin gak bisa digerakin lagi. Langsung dah di bawa ke ICU.
Di ICU pun sama keadaannya, tetap gitu-gitu saja kayak orang tidur, sempet kencing darah juga sehingga di selang. Tapi tangan dan kaki kirinya masih gerak-gerak, kadang kepalanya juga di pegang. Semakin hari kondisinya semakin lemas, tapi kencingnya udah mulai normal gak kencing darah lagi. Pada hari ke-5 di Rumah Sakit, ayahku nafasnya mulai cepat, aku gak tega melihatnya sampe nangis. Ibuku juga nangis. Pas di hari Jum’at sebelum Subuh di panggil sama perawat yang jaga, bibiku, ibuku yang masuk awalnya. Ibu dan bibiku keluar diganti kakakku, Ibu, aku dan bibiku sholat duluan. Kakakku keluar sambil nangis dan sholat, ibu dan aku yang masuk, kita ngaji Yasin, nafasnya semakin cepet kita sambil nangis, liat kardiograph semakin turun  semakin lama semakin menurun, detak jantungnya, oksigennya juga menurun, aku disuruh manggil bibiku agar masuk ke ruang ICU, setelah manggil bibi, di kardiograph-nya semakin menurun detak jantungnya, terus menurun sampe angka 0 tepat di jam 5 pagi, kemudian sama perawatnya dicabut semua peralatannya. Kita semua nangis berderai air mata. dari Rumah Sakit dibawa pake mobil jenazah. Ada family yang datang jenguk nangis, hampir semuanya nangis. Nymapek rumah pun tetangga-tetangga dan family yang lain juga ikutan nangis apalagi bibiku yang dari Pakong beliau menjerit histeris nangis bilang mau mati ke kamu (ayahku). Akhirnya sama ibuku disuruh langsung dimandiin jenazahnya, ntah kenapa aku tiba-tiba pengen nyium ayah untuk yang terakhir kalinya, waktu dimandiin aku masuk ke tempat pemandiannya dan mencium pipinya, wajah ayahku bersih putih.
Ayahku kena gejala stroke, dan pembuluh darahnya sudah pecah ditandai dengan muntah-muntah itu. Aku taunya dari bibiku, katanya dikasih tau saudaranya Bupati Pamekasan. Istri Bupati Pamekasan nelpon ke dokter yang menangani ayahku (bagian syaraf), dokternya bilang pembuluh darahnya pecah, seandainya pihak keluarga meminta untuk dibawa pulang pasti dibolehin (bisa dibilang udah tipis harapan), sayangnya bibiku bilangnya pas waktu ayah sudah meninggal. Kalau tau gitu kan mending ayah di bawa pulang, biar kita bisa puas jaga ayah selama 24 jam, gak kayak di ICU cuma di batasi jam besuk 10-12 siang yang masuk harus satu-satu, terus sorenya jam 16.00-18.00 WIB. Oiya pihak RS juga bilang ayahku disuruh bawa ke RS Surabaya buat di CT-Scan katanya sich CT-Scan yang untuk kepala itu rusak. Kita pun bingung mau di bawa ke RS Surabaya kasian liat ayahku kan perjalanannya jauh apalagi naik ambulans, liat kondisinya gak tega. Mau dibawa pulang pun juga bingung soalnya ada yang bilang kalau stroke kadang sadarnya memang lama ada yang sampe sebulan, rencananya sich ayahku sampe seminggu mau dirawat di RSUD kalau tetap gak ada perubahan mau di bawa ke RS  di Surabaya. Tapi pas hari ke-6 di RSUD ayahku dicabut duluan jadi gak jadi.
Kalau inget ayah, sampe sekarang pun kami gak nyangka ayah bakalan secepat itu ninggalin kami semua. Kami sebelumnya gak pernah mimpi apapun atau ada firasatpun tidak. We love you, Dad. You always in our heart forever. Kami merindukanmu. Semoga tenang di sisi-Nya dan semoga kita berempat dikumpulkan di syurga-Nya. Aamiin.
Mohon do’anya juga ya sobat Blogger untuk almarhum ayahku. Mator sakalangkong, matur nuwun, Thank you, Danken. (^_^)

Waalaikum salam wr.wb.