Assalamualaikum
wr.wb.
Hai
sobat blogger bagaimana kabar kalian hari ini? lama banget gak nyapa kalian
semua. (ah aku sering gini memang, nunggu mood bagus dulu buat nulis blog.
Hehe,,)
Kali ini aku mau ceritain tentang
ayahku, my Superhero. Aku sebenarnya manggil ayahku dengan sebutan kai, dan
manggil ibuku dengan sebutan nyaik. Itu masih ikutan orang jaman dulu, manggil
kai dan nyaik ke orang tuanya masing-masing. Aku sempat protes kenapa hanya aku
dan kakak yang manggil kai dan nyaik? Kataku. Sedangkan sepupu-sepupuku manggil
abi dan umi. Yach sebenarnya bisa dimaklumi, kan ibuku nikahnya duluan ya
diantara saudara-saudaranya yang lain, jadi cepet punya anaknya duluan,
kebetulan di masa kakakku banyak yang manggil kai dan nyaik jadi kakak di suruh
manggil kai dan nyaik juga. Kalau aku disuruh manggil abi dan umi gak enak juga
ntar dikira gak saudaraan sama kakakku. Haha…. Aku disini bilangnya ayah dan
ibu saja ya takut kalian bingung. Hehe,,
Ayahku anak tertua dari 5
bersaudara. Orangnya keras tapi perhatian banget sama keluarganya. Mulai aku SD
sampe aku MAN ayahku yang nganter dan jemput aku (kecuali kalau aku naik
sepeda/motor sendiri). Meski kemana-mana pun ayah yang sering nganter aku. Ayahku
dulu waktu aku masih SD cuek, gak terlalu nanya-nanya soal pendidikanku, tapi
sebaliknya ibuku, beliau yang sering nanya-nanya tentang gimana sekolahku?
Dapat nilai berapa? Dll. Tapi semenjak aku SMP ayahku mulai menanyakan tentang
sekolah kayak peduli banget sama pendidikanku. Apalagi kalau aku berprestasi
beliau bangga sama aku (padahal dulu waktu SD juga berprestasi, tapi kenapa kok
gak ditanya-tanyain ya? Mungkin karena masih anak kecil kali ya?) sampe aku
kuliah beliau terlihat bangga punya anak kayak aku apalagi aku kuliah di
Surabaya dengan beasiswa. Tapi aku? Aku gak terlalu seneng dibanggakan, aku
juga merasa banyak banget kekurangannya sering ngelakuin salah juga sama ayah,
tapi ayah gak pernah ceritain kekurangan ataupun kejelekanku pada orang lain,
dia selalu menceritakan yang baik-baik tentang aku, begitu pun dengan kakak,
sama ayah juga diceritakan yang baik-baiknya. Ayah kelihatan selalu bangga
punya anak seperti kami, tapi kami? Kebalikannya malahan. Ayahku kan suka
rebana/hadrah ikut acara atau pertemuan rebana rutin kayaknya gak pernah absen
kecuali hujan deras banget. Pernah juga grup rebana/hadrahnya ikut kompetisi,
tapi sama aku dan ibuku dianggap biasa aja soalnya aku dan ibuku gak terlalu
suka-suka banget sama hadrah/rebana. Akhirnya grup rebana ayahku menang dapat
piala. Tapi tetap aja kami gak bangga merasa biasa. Seharusnya kami bangga
banget punya ayah yang bisa memenangkan sebuah kompetisi. :( Tapi aku sekarang
bangga banget punya ayah seperti ayahku. Beliau kreatif, bisa diandalkan,
pekerja keras dan punya prestasi juga. Pokoknya ayahku superheroku selalu ada buat aku dan keluarga kalau sedang dibutuhkan.
Ayahku buat lencak (seperti ranjang
tapi terbuat dari pohon bamboo), buat tempat ngangkut sampah juga, ah banyak
pokoknya barang yang bisa dibuat sama ayah. Ayahku juga pinter memperbaiki
listrik atau apapun yang rusak, padahal kalau dari segi pendidikan gak terlalu
memadai. Tapi prakteknya ayahku yang
bagus. Kan banyak juga meski sarjana tapi memperbaiki listrik atau apa gitu
kadang gak tau.
Ayah orangnya perhatian juga, apalagi
kalau ada anggota keluarganya yang sakit pasti yang perhatian itu ayah yang
beliin obat, kadang yang masak-masak maupun yang nyuci itu ayah, yang mapah,
semuanya ayah. Kayaknya aku belum pernah nemuin orang seperhatian seperti ayah.
Tapi kini, semuanya tinggal kenangan,
pada hari Jum’at tanggal 10 April 2015 (20 Jumadil akhir 1436 H) ayahku
dipanggil oleh Allah dalam usia 63 tahun seperti usia Nabi Muhammad Saw waktu
wafat. Ternyata Allah lebih menyayangi ayah kami. Kami sekeluarga kaget soalnya
ayah sebelumnya tidak pernah punya riwayat penyakit yang bahaya cuma pusing
biasa, masuk angin, panas biasa. Sampe sekarang pun kami sekeluarga masih
kaget, gak nyangka ayah secepat itu ninggalin kami semua. Awal kejadiannya,
ayahku menghadiri acara syukuran lahiran di Bicorong, Pamekasan nabuh Rebana
sama anggota grup Rebananya, nah setelah selesai acara katanya ayahku tiba-tiba
gak connect diajak pulang sama kakakku kurang merespon terus pegang rokok
jatuh, diambil lagi sama kakakku dan dikasihkan ke ayah, tapi selalu jatuh,
terus rebana yang dipegang juga jatuh. Ayahku kemudian jadi lemas tubuhnya,
sehingga di suruh duduk sama orang yang ada di sekitar situ. Setelah duduk ayah
tambah lemas, kaki dan tangan kanannya gak bisa di gerakin tapi tangan dan kaki
kirinya bisa digerakin. Langsung pada malam itu juga (malem ahad) ayahku
langsung di rujuk ke RSUD Pamekasan. Aku dan ibu nyusul ke RSUD, nyampe RSUD
kira-kira jam 10an dan langsung masuk UGD. Setelah di cek tekanan darahnya 140,
bisa dibilang masih normal, gak kena tekanan darah tinggi. Ayah waktu di UGD
itu masih bisa lihat, lihat ke arahku dan ke ibu serta bibiku, bisa gerak-gerak
juga, sesekali pegang kepalanya. Setelah diperiksa ayah kemudian di pindahkan
ke ruang Shall B, pada waktu itu banyak yang jenguk ayah, sepupuku dan family
lainnya. Tapi yang nginep di RS : ibu, aku, kakak, dan 2 bibiku (saudara ayah).
Kami semalaman itu tidak bisa tidur nyenyak, tiap tidur sejam/2 jam kebangun, oiya
ayah pake selang oksigen juga sama di infuse. Beliau kadang gerak-gerakin
selang oksigen, ntah gak enak atau kurang pas masuknya aku juga gak tau. Beliau
tengah malem muntah-muntah (muntah biasa). Kami pun bangun. Ayah juga sempet di
kerok sama bibiku. Beliau sering pegangin kepalanya, mungkin pusing. Tapi
semenjak masuk shall ayah semakin parah sering mejemin matanya kayak orang
tidur, kan pada waktu itu weekend jadi gak ada dokternya cuma perawat, jadi
ayahku gak dikasih obat apa-apa. Berhubung semakin parah keesokan harinya, ayah
dibawa ke ruang ICU. Kami juga sibuk cari pengobatan alternative. Sebelum di
bawa ke ICU, ayahku sempet diobatin sama pamanku (alternative) tangan dan kaki
kanannya yg awalnya tidak bisa digerakin akhirnya bisa digerakin dikit-dikit.
Tapi itu gak berlangsung lama, setelah selesai diobatin gak bisa digerakin
lagi. Langsung dah di bawa ke ICU.
Di ICU pun sama keadaannya, tetap
gitu-gitu saja kayak orang tidur, sempet kencing darah juga sehingga di selang.
Tapi tangan dan kaki kirinya masih gerak-gerak, kadang kepalanya juga di
pegang. Semakin hari kondisinya semakin lemas, tapi kencingnya udah mulai
normal gak kencing darah lagi. Pada hari ke-5 di Rumah Sakit, ayahku nafasnya
mulai cepat, aku gak tega melihatnya sampe nangis. Ibuku juga nangis. Pas di
hari Jum’at sebelum Subuh di panggil sama perawat yang jaga, bibiku, ibuku yang
masuk awalnya. Ibu dan bibiku keluar diganti kakakku, Ibu, aku dan bibiku
sholat duluan. Kakakku keluar sambil nangis dan sholat, ibu dan aku yang masuk,
kita ngaji Yasin, nafasnya semakin cepet kita sambil nangis, liat kardiograph
semakin turun semakin lama semakin
menurun, detak jantungnya, oksigennya juga menurun, aku disuruh manggil bibiku
agar masuk ke ruang ICU, setelah manggil bibi, di kardiograph-nya semakin
menurun detak jantungnya, terus menurun sampe angka 0 tepat di jam 5 pagi,
kemudian sama perawatnya dicabut semua peralatannya. Kita semua nangis berderai
air mata. dari Rumah Sakit dibawa pake mobil jenazah. Ada family yang datang
jenguk nangis, hampir semuanya nangis. Nymapek rumah pun tetangga-tetangga dan
family yang lain juga ikutan nangis apalagi bibiku yang dari Pakong beliau
menjerit histeris nangis bilang mau mati ke kamu (ayahku). Akhirnya sama ibuku
disuruh langsung dimandiin jenazahnya, ntah kenapa aku tiba-tiba pengen nyium
ayah untuk yang terakhir kalinya, waktu dimandiin aku masuk ke tempat
pemandiannya dan mencium pipinya, wajah ayahku bersih putih.
Ayahku kena gejala stroke, dan
pembuluh darahnya sudah pecah ditandai dengan muntah-muntah itu. Aku taunya
dari bibiku, katanya dikasih tau saudaranya Bupati Pamekasan. Istri Bupati
Pamekasan nelpon ke dokter yang menangani ayahku (bagian syaraf), dokternya
bilang pembuluh darahnya pecah, seandainya pihak keluarga meminta untuk dibawa
pulang pasti dibolehin (bisa dibilang udah tipis harapan), sayangnya bibiku
bilangnya pas waktu ayah sudah meninggal. Kalau tau gitu kan mending ayah di
bawa pulang, biar kita bisa puas jaga ayah selama 24 jam, gak kayak di ICU cuma
di batasi jam besuk 10-12 siang yang masuk harus satu-satu, terus sorenya jam
16.00-18.00 WIB. Oiya pihak RS juga bilang ayahku disuruh bawa ke RS Surabaya
buat di CT-Scan katanya sich CT-Scan yang untuk kepala itu rusak. Kita pun
bingung mau di bawa ke RS Surabaya kasian liat ayahku kan perjalanannya jauh
apalagi naik ambulans, liat kondisinya gak tega. Mau dibawa pulang pun juga
bingung soalnya ada yang bilang kalau stroke kadang sadarnya memang lama ada
yang sampe sebulan, rencananya sich ayahku sampe seminggu mau dirawat di RSUD
kalau tetap gak ada perubahan mau di bawa ke RS
di Surabaya. Tapi pas hari ke-6 di RSUD ayahku dicabut duluan jadi gak
jadi.
Kalau inget ayah, sampe sekarang pun
kami gak nyangka ayah bakalan secepat itu ninggalin kami semua. Kami sebelumnya
gak pernah mimpi apapun atau ada firasatpun tidak. We love you, Dad. You always
in our heart forever. Kami merindukanmu. Semoga tenang di sisi-Nya dan semoga
kita berempat dikumpulkan di syurga-Nya. Aamiin.
Mohon
do’anya juga ya sobat Blogger untuk almarhum ayahku. Mator sakalangkong, matur
nuwun, Thank you, Danken. (^_^)
Waalaikum
salam wr.wb.